TIMORDAILYNEWS.COM, ATAMBUA – Baginya mengemis di jalanan dan pertokoan dengan menadah tangan bagi masyarakat yang lewat adalah pekerjaan yang haram, wanita penyandang disabilitas (Tuna Netra) lebih memilih berdagang kemoceng untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
“Saya rumah di Kuneru, tiap hari datang jual kemoceng di Kota untuk kebutuhan hidup sehari – hari. Untuk makan, minum dan biaya anak sekolah.Karena, saya tidak mau mengemis, tada tangan di orang-orang seperti lainya. itu kerjaan haram,” Sebut Nesti Ratu kepada media ini ketika ditemui, di Depan Gedung Misi lama, Selasa (8/6/2021) siang.
Menurutnya, Biasa dirinya berjualan ditemani oleh anak laki- lakinya yang kecil, itu jika mereka sedang liburan sekolah. kalau tidak, ia memilih berjualan sendiri.
” Biasa saya jualan dengan anak, itu kalau dong ada libur sekolah. Kalau tidak, saya jualan sendiri. Kadang juga dengan teman punya anak nona yang temani saya.
Jual begini tergantung kadang laku, kadang tidak laku sama sekali. Saya jualan ini, sudah hampir 3 tahun lebih. kalau awal – awalnya itu, bisa laku 4 sampai 6 buah tiap harinya.
Kadang kalau rejeki datang itu, ada orang baik yang prihatin dengan kita dan mereka beli semuanya.tapi, skarangkan kita juga mengerti karena banyak yang juga jual, sehingga kadang 1 hari itu tidak ada yang laku sama – sekali,” Pinta warga kelurahan Manumutin ini.
Lanjutnya, untuk saat ini jualan kemocengnya terkadang hanya bisa laku 1 atau 2 buah setiap harinya, namun ia sangat bersukur karena masih ada orang baik yang membelinya.
” Ini 1 kemoceng harganya Rp. 25.000 ribu.kalau yang panjang ini, orang ada pesan kebetulan belum ambil….itu Rp 50.000 ribu karena makan bahan to pa…bahannya itu pakai tali rafia.
keterampilan ini, kita dapat waktu di kupang (diajari oleh orang) sehingga, bisa mandiri sendiri untuk menghidupi keluarga kita dan tidak boleh tergantung di orang lain (Keluarga),” ujarnya sesekali terdiam.
Ketika ditanya adakah pembeli yang menipu dirinya saat membeli dagangannya, ia menjawab bahwa Masalah sampai saat ini belum ia alami karena percaya bahwa Tuhan itu ada.
” Kalau masalah bilang tipu kita saat pengembalian uang atau lainya, itu tidak ada selama ini dan belum terjadi karena saya percaya bahwa Tuhan itu ada.
mereka ( pembeli ) juga mungkin prihatin dengan kita pun keadaan begini…masa dong mau tipu kita lagi.tapi, kita juga tetap antisipasi soal itu,” kata wanita paruh baya ini.
Untuk diketahui, kegiatan berdagang kemoceng ( pembersih kaca dan meja ) ini dikerjakan oleh dirinya dengan Suaminya yang juga penyandang Disabilitas ( Tuna netra )di rumahnya.
Selain itu kerjaan Suaminya selain membuat kemoceng ialah, biasa melayani jasa pijat bagi yang memintanya dengan bayaran seadanya. Mereka memiliki 2 orang putra yang saat ini sedang menempuh pendidikan di Atambua. Yang pertama di SMA N 1 Atambua dan yang satu lagi di SLTPN 1 Atambua.( ito/TIMOR DAILY/TIMORDAILYNEWS.COM ).