Bupati Malaka Sebut Hasil Panen di Malaka Tergantung Musim

Bupati Malaka Sebut Hasil Panen di Malaka Tergantung Musim
Gubernur NTT, Viktor Laiskodat bersama Plh Bupati Malaka, Donatus Bere melakukan panen jagung program TJPS, Kamis (25/3/2021). foto by Seldy Berek/TIMORDAILYNEWS.COM

TIMORDAILYNEWS.COM, MALAKA – Fenomena meningkat dan menurunnya hasil panen di Kabupaten Malaka disebabkan oleh musim tak menentu. Di era global warming seperti ini, kehadiran musim memang tak menentu.

Demikian pelaksana harian (plh) Bupati Malaka Donatus Bere saat melakukan panen hasil Program Tanam Jagung Panen Sapi (TJPS) bersama Gubernur NTT, di Desa Fatuaruin Kecamatan Sasitamean Kabupaten Malaka, Kamis (25/03/2021).

Setelah Program TJPS diluncurkan, Gubernur VBL kemudian berkeliling NTT untuk melakukan panen raya jagung. Selama sepekan terakhir, Gubernur VBL melakukan panen raya jagung di seluruh kabupaten di daratan Timor.

“Kabupaten Malaka memiliki lahan pertanian yang cukup luas,hanya akan tetapi tergantung pada musim,”kata Plh Bupati Donatus.

Karena itu,penyuluh pertanian lapangan (PPL) harus siapkan kebun percontohan, sehingga ada bibit jagung terbaru ditanam pada kebun percontohan.

Selanjutnya bibit, dibagikan kepada masyarakat jika hasil dari kebun percontohan itu mendapatkan hasil yang cukup.

“Akan tetapi meningkat dan menurunnya curah hujan, terkadang hasil pertanian mengalami gagal panen,”jelas Sekda Donatus.

Sementara Kepala Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Provinsi NTT, Lecky F. Koli menjelaskan, kehadiran Gubernur VBL hingga pelosok desa itu untuk memastikan Program TJPS berjalan baik dan direspons sangat antusias oleh masyarakat petani di desa-desa.

Hasil panen dan kerja keras para petani selama 100 hari, mampu membuktikan bahwa hasil yang dicapai bisa 7,5 ton per hektare.

“Kita perlu memberikan penghargaan, penghormatan dan apresiasi bagi para petani di desa ini yang sudah bekerja keras,”harap Kadis.

Lanjut Kadis, bila petani memiliki lahan 1.200 hektar maka hasil yang dicapai bisa mencukupi untuk menyuplay bahan baku jagung pabrik pakan ternak.

Sebab, 1.200 hektar itu sama dengan 9.000 ton dan cocok dengan kebutuhan pabrik pakan ternak selama setahun.

“Paket sapi harus masuk, ayam 25 ekor, babi 5 ekor dan kambing 5 ekor, semuanya harus masuk,” pinta Kadis.

Kita akan membuktikan satu bulan ke depan setelah off taker datang untuk membeli jagung.

Saat itu akan kelihatan berapa banyak ternak yang dihasilkan dari 1.200 hektare TJPS.

“Kalau itu semua betul terjadi maka semua tenaga pendamping akan mendapat insentif yang anggarannya telah disiapkan,” beber Lecky.

Sebab kata dia, TJPS itu bukan sekedar program tanam jagung. Tetapi, ada satu skenario yang bertujuan untuk membangun ketahanan pangan masyarakat.

Sebab, dengan jagung yang dihasilkan dapat dikonsumsi masyarakat atau dikonversi menjadi beras.

Menurut Lecky, Program TJPS bakal bisa membangun ketahanan ekonomi masyarakat.

Sebab, ketahanan ekonomi dari skema TJPS ini, setelah panen jagung, harus menambah ternak.

Ternak itulah aset ekonomi yang akan memperpanjang ketahanan ekonomi petani dalam waktu tertentu, bisa enam bulan, sembilan bulan dan satu tahun. (via/TIMOR DAILY/TIMORDAILYNEWS.COM)

Editor: Oktavianus Seldy

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *