TIMORDAILY.COM, MALAKA – Kekurangan air bersih tak mengenal musim dialami warga Naekasak, Desa Sisi, Kecamatan Kobalima Kabupaten Malaka, Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Buktinya, sejak Indonesia merdeka, bahkan hingga lahirnya kabupaten Malaka. Kekurangan air bersih bagi warga Naekasak sudah menjadi budaya mereka di wilayah itu.
“Kampung kami, sudah sejak zaman nenek moyang memang sudah krisis air bersih,” ucap Alfons Fahik, warga setempat.
Akan kita rembuk bersama tetua adat, jika memang para DPRD berhasil perjuangkan anggaran untuk mengelola air bersih itu.
Mata air yang kita kunjung tadi, merupakan We Lulik (ari pemali/air milik rumah adat) akan tetapi bisa disepakati bersama pemangku adat.
“Intinya lakukan ritual adat pada awalnya, sebelum melakukan pekerjaan air bersih untuk warga Naekasak itu,”ucap Afons
Hal senada disampaikan mama Efy Biak, bahwa kekurangan air itu dirasakan warga di wilayahnya setiap musim tanpa akibat kemarau berkepanjangan.
“Krisis air bersih di kampung ini, bukan baru kali ini terjadi, ini sudah menjadi budaya, walau demikian ia berharap pemerintah bisa mencoba mencari solusi bagi rakyatnya yang selalu kekurangan air bersih itu,” keluh Mama Efy dalam kunjungan kerja Komisi III DPR Malaka, Rabu (24/2/2021) siang.
Masalah krisis air bersih oleh warga Nekasak itu, Rabu (24/2/2021) Komisi III DPRD Kabupaten Malaka mulai mencari solusi, guna mengatasi keluhan masyarakat kampung Naekasak itu.
Untuk hari ini merupakan rencana awal, Komisi III melihat langsung dimana sumber mata air. Mata air yang dikunjungi Komisi III DPR Malaka itu diketahui sangat mencukupi, jika dikelola oleh pihak yang teknis.
“Semoga kunjungan kerja hari ini, bisa menjawab krisis air bersih yang dialami masyarakat Naekasak, sebab air itu kebutuhan dasar,” kata omisi III DPR Malaka Felix Bere Nahak, yang mengaku akan perjuangkan persoalan air bersih itu.
Wakil rakyat tentunya, akan mencari solusi ketika sudah mengetahui persoalan krisis air bersih yang sudah menjadi budaya bagi warga Naekasak itu.
Ketika berkunjung ke sumber mata air Webua, lanjut Felix mengatakan masyarakat itu butuh air dalam kehidupan sehari-hari, baik petani atau masyarakat pada umumnya, sebab air merupakan kebutuhan yang sagat penting.
“Bagimana masyarakat bisa kerja jika krisis air sudah menjadi budaya, gimana petani bisa berkebun jika tanpa air, tanpa air rakyat tidak bisa berkatifitas,” jelas Felix.
Usai mengunjungi sumber mata air, yang jaraknya dari pemukiman warga sekira 3 kilo meter itu, Komisi III DPR yang dipimpin Felix Bere Nahak bersama anggotanya Ignasius Fahik, Andereas Nahak, P. Robert Trukh, Frans Taolin, Edmundus Nahak bersepakat akan memperjuangkan masalah krisis air bersih ini dalam sidang nanti.(VIA/TIMOR DAILY/TIMORDAILYNEWS.COM)
Editor; Oktavia