TIMORDAILYNEWS.COM, KUPANG – Pasar Kasih Naikoten I Kupang atau yang lebih populer dengan sebutan Pasar Inpres merupakan salah satu pasar terbesar di Kota Kupang.
Meski terletak di Kota Kupang yang juga adalah ibukota Provinsi NTT, pasar ini masih berstatus sebagai pasar tradisional.
Sehingga tidak mengherankan jika dari segi tata letak masih seperti pasar tradisional lainnya.
Sebagai pusat ekonomi, pasar ini setiap hari ramai oleh aktivitas ekonomi. Aktivitas ini menimbulkan dampak ikutan lainnya jika tak dikelola secara baik.
Sepintas, pasar ini tampak baik-baik saja, namun kalau kita masuk ke dalam akan muncul berbagai persoalan.
Mulai dari penempatan penjual atau pedagang, penempatan parkiran bagi kendaraan roda dua dan roda 4, juga terkait maupun kebersihan pasar belum ditangani secara baik.
Alhasil, wajah pasar ini tampak semrawut dan butuh sentuhan agar lebih bersih, indah dan nyaman untuk berbelanja berbagai kebutuhan.

Pantauan Timor Daily Selasa (24/03/2021) siang, kemacetan lalulintas di bahu jalan tepat lorong masuk pasar.
Kemacetan terjadi disebabkan karena sebagian bahu jalan dijadikan sebagai tempat parkir kendaraan roda dua milik pembeli yang datang untuk berbelanja.
Ifan Lete (32) salah satu tukang parkir yang kesehariannya sebagai pengatur kendaraan roda dua milik pembeli di pasar ini ketika dimintai komentarnya mengatakan bahwa biasanya kemacatan terjadi di waktu pagi dan sore hari.
“Biasanya macet total kalau pagi jam 08.00 dan sore sekitar jam 17.00 WITA. Pembeli sangat ramai,” ujarnya.
Akibat pembeli yang ramai, Ifan mengaku kesulitan untuk mengatur lalulintas kendaraan dan memarkir secara baik.
“Beta (saya) kadang pusing karena harus atur kendaraan pembeli yang parkir maupun yang mau pulang setelah belanja,” ungkapnya.
Selain urusan pengaturan parkiran yang belum baik, masalah lainnya yang cukup mengganggu adalah masalah sampah.
Sampah di pasar ini terlihat menggunung di beberapa titik. Tumpukan sampah ini terdiri dari sayuran dan buah-buahan sisa hasil penjualan atau sampah plastik serta aneka sampah lainnya.
Aroma tak sedang muncul dari tumpukan sampah ini. Banyak juga lalat yang beterbangan di sekitarnya.
Beberapa pembeli yang sudah mengenakan masker juga harus menutup hidungnya saat berjalan mendekati tumpukan sampah tersebut.
Salah seorang pedagang, Herman (46) mengatakan masalah sampah adalah masalah klasik di pasar tersebut.
Sering dibiarkan beberapa hari baru diangkut oleh petugas kebersihan.
“Soal sampah yang tertumpuk berhari-hari sering terjadi di pasar ini, dikarenakan kendaraan milik petugas kebersihan mengalami kerusakan,” ujarnya.
Hal senada juga diungkapkan Bas Snae (42). Sopir yang juga pedagang kaki lima yang kesehariannya mengantar barang pesanan ke pelanggan di pasar ini mengungkapkan bahwa sampah sering sampai membusuk baru diangkut.
“Sudah 4 hari tumpukan sampah ini belum diangkut petugas kebersihan, mungkin saja kendaraan petugas lagi rusak,” ungkapnya.
Dia berharap, petugas dinas kebersihan harus disiplin mengangkut sampah setiap hari. Karena kalau terlambat angkut, sampah bakal menggunung dan menimbulkan aroma tak sedap serta bisa menimbulkan penyakit.
“Harus diangkut setiap hari. Kalau tidak akan menebarkan bau dan menarik banyak lalat. Kita kadang tidak tahan tapi mau bagaimana. Sekarang saja sudah 4 hari tidak diangkut,” pungkasnya. (nel/TIMOR DAILY/TIMORDAILYNEWS.COM)
Laporan Wartawan : Kornelis Bria
Editor : Marselino