TIMORDAILYNEWS.COM, ATAMBUA – Ingat lirik lagu berikut ini? Menyentuh hati bukan?
Terlalu sedih dikenangkan
Setelah aku jauh berjalan
Dan kau kutinggalkan
Mengenang kasih dan sayangmu
Setulus pesanmu kepadaku
Engkau ‘kan menunggu
Jawaban apa yang ‘kan kuberi?
Adakah cara yang kau temui
Untuk kita kembali lagi?
Mengenang kasih dan sayangmu
Setulus pesanmu kepadaku
Engkau ‘kan menunggu
Jawaban apa yang ‘kan kuberi?
Adakah cara yang kau temui
Untuk kita kembali lagi?
Seindah serta tulus cintanya
Bersinarlah terus sampai nanti
Lagu ini …
Jawaban apa yang ‘kan kuberi?
Adakah cara yang kau temui
Untuk kita kembali lagi?
Seindah serta tulus cintanya
Bersinarlah terus sampai nanti
Lagu ini kuakhiri
Mengapa lirik lagu ini mengawali tulisan ini?
Yah, lagu ini seakan mewakili perasaan para pendaki Gunung Lakaan yang menyempatkan diri menyambangi benteng kuno Makes yang biasa dikenal dengan nama Benteng Lapis 7 pada Sabtu (16/3/2019) pagi.
Para pendaki yang berasal dari Kota Atambua ini tak bisa melukiskan perasaannnya dengan kata-kata ketika mendatangi benteng yang berada di lembah Gunung Lakaan, dekat padang Fulan Fehan tersebut.

Untuk diketahui, salah satu warisan budaya leluhur orang Belu yang masih tersisa adalah Benteng Lapis 7 Makes yang terletak dibawah kaki gunung Lakaan, Desa Dirun, Kecamatan Lamaknen, Kabupaten Belu, Provinsi NTT.
Di sekitar benteng kuno itu terdapat pemandangan alam yang begitu menakjubkan seperti, padang sabana Fulan Fehan yang indah dan panorama perbukitan yang mampu membius pandangan mata.
Untuk menuju ke Benteng Makes dibutuhkan waktu sekitar dua jam perjalanan dari Atambua, Ibukota Kabupaten Belu.
Medan jalan cukup menantang karena harus melewati jalan yang cukup berbukit, tanjakan dan berkelok-kelok.
Tempat ini cukup menarik dan sering dimanfaatkan oleh komunitas-komunitas pecinta alam yang ingin menapaki alam Lakaan yang masih alami.
Orang yang suka mendaki gunung paling cocok datang ke daerah ini.
Pasti menyenangkan.

Benteng Makes terdiri dari 7 lapis dinding batu yang cukup tebal.
Dikatakan demikian karena jika ingin memasuki benteng ini terdapat 7 lapis batu-batuan karang.
Benteng ini didirikan untuk melindung warga dari serangan musuh di jaman kolonial.
Di tengah-tengah Benteng Makes ini terdapat sebuah Ksadan atau tempat berlangsungnya acara adat.
Selain itu terdapat pula makam para raja dari wilayah setempat seperti makam raja Dirun yang sangat dihormati oleh warga setempat sebagai pahlawan.
Benda-benda bersejarah masih tersimpan dan sudah cukup tua seperti, menhir atau meja persembahan, kubur batu, tempat duduk raja yang terbuat dari batu yang usianya sudah cukup tua.
Ada juga meriam tua yang merupakan peninggalan jaman Jepang sebanyak dua buah yang terdapat di dalam benteng.
Keindahan panorama sekitar Benteng lapis 7 ini diakui sejumlah pendaki asal Atambua yang melakukan pendakian, Sabtu (16/3/2019).
Mereka adalah Shabda Purusha Putra yang adalah Kasat Lantas Polres Belu dan rekan-rekannya, Yansen, Steven dan Rony.
Mereka mengaku, mendaki gunung merupakan kegiatan yang menyenangkan sekaligus menyedihkan.
Menyenangkan karena mereka akan belajar banyak hal sekaligus menikmati pemandangan indah.
Menyedihkan karena mereka harus menguras banyak tenaga dan juga emosi.
Mereka suka mendaki gunung karena mereka sadar bahwa hidup ini terlalu indah untuk dinikmati.
Satu hal yang paling penting adalah keindahan alam itu benar-benar dirasakan.
Mereka sangat bahagia dengan aktivitas mendaki gunung.
Mereka berjalan di antara pohon, rumput bahkan semak belukar.
Kebahagian mereka semakin sempurna setelah mereka sampai ke puncak dan dihadapkan pada pemandangan indah di depan mata. (tribunwiki/TD).