Belu, News  

Politeknik Kupang Desak Pemkab Belu Perbaiki PLTS di Maumutin Batas RI-RDTL


Foto Musfarayani Untuk TimorDaily.com Mahasiswa Politeknik Negeri Kupang saat mengunjungi PLTS di Desa Maumutin, Kecamatan Raihat, Kabupaten Belu, Batas RI-RDTL, Sabtu (2/3/2019) 
TIMORDAILY.COM, ATAMBUA – Politeknik Negeri Kupang (PNK) mendesak Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Belu untuk segera memperbaiki Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) yang ada di Desa Maumutin, Kecamatan Raihat, batas Negara Republik Indonesia (RI) dengan Negara Republik Democratic Timor Leste (RDTL).
Desakan ini akan disampaikan melalui rekomendasi yang dibuat usai sejumlah mahasiswa PNK menyambangi PLTS tersebut pada Sabtu (2/3/2019) lalu.
Dalam siaran pers yang diterima Redaksi TimorDaily.com, Rabu (6/3/2019) menyebutkan, ada 24 mahasiswa PNK mendatangi PLTS di Desa Maumutin tersebut sebagai keberlanjutan Pelatihan Teknis Pemeriksaan Dan Pengujian PLTS Off-Grid Batch I.
Menurut Edwin P.D Hattu, ST, M.Si, selaku salah satu pelatih dari Unit Kajian dan Pelatihan Teknis bidang Energi pada Pusat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat PNK, kedatangan mereka diterima langsung Bupati Belu, NTT, Willybrodus Lay, di  rumah dinasnya.
“Kegiatan ini sekaligus menjadi materi lapangan pelatihan mahasiswa kami yang sudah dua pekan ini mempelajari sistem PLTS di kelas.
Mereka akan melakukan visual check terkait kondisi PLTS yang ada di Desa Maumutin, Kecamatan Raihat.
Hasil temuan mereka ini akan kami jadikan rekomendasi kepada Pemkab, apa saja komponen yang perlu diperbaiki atau diganti,” jelas Edwin.
Dikatakan Edwin, pada saat itu Bupati Belu, Willybrodus memberikan tanggapan positifnya. Dia mengakui dari 10 PLTS yang dibangun wilayahnya oleh Pemerintah Provinsi, tidak berfungsi lagi.
Rata-rata umur “menyala” PLTS yang ada hanya sekitar satu sampai dua tahun saja.
Sejauh ini PLTS dibangun oleh Pemerintah Provinsi di bawah Dinas Pertambangan yang kini sudah tidak ada.
Beberapa di antaranya dibangun dari bantuan Satker Pengembangan Daerah Khusus Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal (KPDT).
“Warga desa di sana atau yang diberi tugas menjaga PLTS tahunya hanya mematikan dan menghidupkan saja. Tidak tahu hingga detil, apalagi harus menghadapi kerusakan-kerusakan serius. Jadi memang kita perlu teknisi-teknisi lokal yang terlatih dan paham untuk menghadapi situasi-situasi tersebut,” kata Edwin mengutip Bupati Willy.
Bupati Willy juga menambahkan saat ini hampir semua desa di 12 Kecamatan Kabupaten Belu sudah berlistrik melalui PLN.
Meski masih ada di beberapa desa terpencil seperti Di Desa Maumutin belum terjangkau PLN.
PLTS yang dibangun di sejumlah wilayah terpencil di wilayahnya namun telah rusak ini, diharapkan ke depan bisa difungsikan kembali.
Karena itu dia menyambut gembira adanya inisiasi dan langkah awal yang dilakukan PNK yang bisa memberikannya  opsi yang tepat untuk wilayahnya yang belum mendapatkan penerangan.
Pada kesempatan itu Edwin menjelaskan, pihaknya di PNK sangat bisa membantu Pemkab memberikan pelatihan teknisi PLTS kepada warga dimana PLTS yang tidak berfungsi tersebut dibangun.
Apalagi pihaknya bersama the Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit (GIZ) GmbH atas nama Kementerian Federal Jerman Urusan Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (BMZ), melalui program Electrification through Renewable Energy (ELREN), juga akan melakukan pelatihan Batch II di Unit Kajian dan Pelatihan Teknis, Pusat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat yang ditujukan untuk masyarakat (non mahasiswa).
https://timordaily.com/horta-timor-leste-sei-tama-asean/
https://timordaily.com/memburu-harta-soeharto-di-luar-negeri/
Terapkan di Kampung Orangtua
Dalam praktek lapangan dilakukan di Desa Maumutin, para mahasiswa yang dipandu langsung oleh para dosen mesin dan elektro PNK didampingi langsung Julius Anderias Tanesab, Ketua Program Pelatihan Teknisi PLTS off-grid, dan dari GIZ.
Mereka melakukan cek visual bersama, dan melakukan pengukuran guna memastikan komponen-komponen yang mungkin masih berfungsi.
Setelah itu mereka akan menganalisa temuan-temuan yang ada di  PLTS Maumutin. PLTS yang telah diselimuti tanaman semak ini sudah tidak berfungsi lagi sejak 2016.
Dalam logbook yang ditemukan tertulis PLTS dibangun sejak September 2014, dan terakhir berfungsi di tahun 2015.
“Mahasiswa akan mencatat sistem komponen dan parameter mana saja yang masih bisa difungsikan maupun tidak. Masih layak atau tidak untuk dioperasikan.
Tapi dari pandangan kami jelas PLTS ini kondisinya masih bisa difungsikan dengan bagus.
Inverternya saja yang mengalami rusak mungkin disebabkan salah perlakuan, akibat dari kurangnya pengetahuan dan pengalaman menangani PLTS,”tambah Edwin.
Sementara Julius menambahkan para mahasiswa akan mempresentasikan hasil temuan mereka pada pelatihan selanjutnya.
Pihak PNK  akan memformulasikannya menjadi sebuah rekomendasi yang akan diserahkan kepada Pemerintah Kabupaten Belu.
“Selama ini kerjasama kami dengan Pemkab adalah terkait dengan mesin. Mungkin ke depan sekaligus energi terbarukan, dalam hal ini PLTS.
Kami berharap rekomendasi tersebut nantinya segera bisa direspon dan ditindaklanjuti. Kasihan warga di sana sudah lama tidak mendapatkan penerangan dan listrik,” jelasnya.
Desi Rea, salah satu mahasiswa PNK, Jurusan Mesin menambahkan, praktek lapangan telah membuatnnya lebih terbuka dalam melihat kondisi masyarakat di NTT.
Menurutnya, pengetahuan teknik dasar terkait kerja dan mekanisme PLTS yang dimilikinya, dia berharap bisa menghidupkan lagi PLTS-PLTS yang tidak berfungsi lagi.
PLTS menurutnya bisa menjadi harapan bagi warga, dan itu menjadi penting.
“PLTS ini akan menerangi mereka jika berfungsi lagi. Saya jelas bukan ahlinya, mungkin masih jauh dari amatir, tapi saya sudah paham system PLTS skala rumah tangga.
Kondisi di Desa Maumutin sama dengan kampung orang tua saya. Di sana masyarakatnya masih menggunakan lampu pelita.
Saya ingin menerapkan ilmu saya ini setidaknya di kampung saya sendiri nanti,” jelas Desi. (*/TD)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *