Simon Nahak, Sang Doktor Anak Petani Siap Dilantik Jadi Bupati Malaka

Dr. Simon Nahak, SH, MH, anak seorang petani dari Kampung Weulun, Desa Weoe, Kabupaten Malaka.

TIMORDAILYNEWS.COM, MALAKA – Tampilannya sederhana. Tutur katanya lembut. Ia sangat perhatian, terutama kepada rakyat kecil. Dia adalah Dr. Simon Nahak, SH, MH, anak seorang petani dari Kampung Weulun, Desa Weoe, Kabupaten Malaka.

Mama Bernadeta Hoar, ibu kandung Simon, bercerita, ia dan suaminya tidak pernah bersekolah.

Selain karena keterbatasan ekonomi, sekolah saat itu juga sulit dijangkau, jaraknya sangat jauh dengan medan tempuh yang mengkawatirkan.

Walau begitu, setelah menikah, ia dan suaminya berkomitmen menyekolahkan delapan orang anak mereka hingga bergelar Sarjana, hasilnya Simon kini bergelar Doktor, selain menunggu waktu untuk dilantik menjadi Bupati Malaka.

“Setiap minggu bapak jalan kaki ke pasar Kefamenanu dan So’e untuk jual tembakau, jual ayam, jual kain (tenun). Waktu itu tembakau dihargai Rp 50 per kilo gram. Sementara ayam Rp 25 ribu per ekor, begitu juga kain seharga Rp 25 – 50 ribu per buah. Memang sulit mencari uang saat itu. Tapi demi sekolah anak-anak, semua itu kami lakukan dengan senang hati,” papar mama Hoar.

Menurut dia, semasa kecil Simon biasa dipanggil dengan nama Ulu Simon. Itu karena ia menjadi kakak bagi 7 adik-adiknya.

“Waktu kecil, dia pemberani, pintar dan rajin membantu pekerjaan di rumah atau di kebun. Biasanya kalau di rumah, Simon membantu menumbuk padi atau jagung. Waktu itu dia belum memiliki adik perempuan,” kata Mama Hoar.

Puji Tuhan, lanjut Mama Hoar, setelah sukses bekerja di Bali, Simon sering mengajak dirinya dan suaminya berlibur ke Bali.

Dia juga suka membantu anak-anak NTT di Bali yang membutuhkan pertolongan.

“Saya selalu berpesan kepada dia, gunakan otakmu untuk membantu masyarakat, jangan dengar omongan orang, biar orang omong derita kita, kita hargai saja, kita tetap hormati dan menghargai mereka,” ucap mama Hoar diamini Marselinus Taek, suaminya.

Di akhir perbincangan dengan TIMOR DAILY, mama Hoar mengaku terus berdoa agar Simon dilantik sebagai Bupati Malaka guna membawa perubahan bagi rakyat Malaka.

KISAH HIDUP SANG DOKTOR ANAK PETANI

Simon, begitulah dia biasa disapa, telah 30 tahun melanglang buana di Pulau Dewata, Bali, mulai dari menimba ilmu hingga berkarya sebagai akademisi dan praktisi.

Berbagai prestasi telah ia raih yang membuat hidupnya mandiri dan sukses.

Kini ia terpanggil untuk mengabdi bagi kampung halamannya Malaka, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Menjadi pemimpin rakyat Malaka ia hanya ingin memperjuangkan kepentingan rakyat Malaka yang selama ini sering dikebiri lewat praktek korupsi, kolusi dan nepotisme.

Dalam kesehariannya, Doktor jebolan Universitas Brawijaya Malang ini banyak membantu mahasiswa asal NTT di Bali yang mengalami kesulitan, termasuk memberi beasiswa kepada mereka yang membutuhkan.

Selain sebagai Lawyer, Simon juga menjabat sebagai Ketua Program Studi Magister Hukum, Universitas Warmadewa Bali.

Simon merupakan anak sulung dari 8 bersaudara, buah cinta pasangan bapak Marselinus Taek dan mama Bernadeta Hoar. Ia lahir di Weulun tanggal 13 Juni 1964 dan menamatkan SD di Desa Weoe tahun 1977.

Ia kemudian menamatkan sekolah menengah pertama di SMP St. Fransicus Xaverius Kefamenanu, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU) pada tahun 1984, dan sempat bersekolah di SMAK Giovanni Kupang selama 6 bulan.

Karena terbentur biaya, Simon akhirnya dipanggil pulang oleh orang tuanya dan melanjutkan sekolah menengah atas di SMA Sinar Pancasila, Betun, Malaka.

Setelah tamat SMA, pada tahun 1987 Simon berangkat menuju Bali dan mendaftarkan diri di universitas Warmadewa.

Karena kecerdasannya, saat berada di Semester V, ia diangkat menjadi asisten dosen dan berhasil menyelesaikan S1nya pada tahun 1992 dengan predikat Cum Laude.

Dia kemudian mengajar kembali di kampus almamaternya dan bekerja sebagai pengacara.

Selama bekerja sebagai lawyer, Simon tak hanya menangani perkara yang menimpa orang Indonesia, tapi juga menangani kasus hukum yang menjerat warga asing di Bali.

Sambil bekerja, Simon menyelesikan pendidikan magister hukum di Universitas Udayana Bali dan diwisudakan pada tahun 2004.

Selepas itu, pada tahun 2010 Simon mengambil gelar doktornya di Universitas Brawijaya Malang dan lulus pada tahun 2014 dengan predikat cum laude untuk yang kedua kalinya.

Kiprahnya di dunia lawyer membuat Simon makin terkenal dan terpilih menjadi DPP Asosiasi Advokat Indonesia (AAI) Bali – Nusa Tenggara tahun 2010 – 2015, dan Ketua AAI Kota Denpasar tahun 2014-2019.

Selama menjabat DPP AAI, Simon juga terpilih menjadi Ketua Dewan Pakar Peradi Kota Denpasar periode 2015 – 2018.

Meski begitu, Simon tak pernah meninggalkan almamaternya. Dia terus mengajar di Universitas Warmadewa hingga sekarang.

TERPILIH MENJADI BUPATI MALAKA

Terpilih menjadi Bupati Malaka, Dr. Simon Nahak yang diusung PSI, PERINDO, dan PKB, bertekad merubah wajah pembangunan Kabupaten Malaka dengan program SAKTI.

“Sekarang ini kan kita belum mampu membedakan wajah ibu kota kecamatan dengan wajah ibu kota kabupaten. Tentu ini harus dikelola dengan baik, termasuk tata ruang wilayah, sehingga ada wilayah-wilayah yang menjadi objek wisata, hutan adat, pemukiman, dan lain sebagainya,” ujar Simon semasa kampanye pada Pilkada 2020 lalu.

Prorgam SAKTI yang dimaksud terdiri dari:

S: swasembada pangan

A: adat istiadat

K: kerukunan hidup antar umat beragama, kualitas pelayanan kesehatan, pendidikan, ekonomi, dll.

S: seni budaya dan olahraga.

T: tata kelola, bagaimana mengelola Kabupaten Malaka menjadi daerah dan masyarakat yang sejahtera dan mandiri.

I: infrastruktur, terutama jalan kabupaten, kantor bupati dan rujab bupati yang belum ada sampai sekarang, dll.

“Desain saya dengan Pak Kim Taolin (Bacawabup), ketika kami dipercaya masyarakat untuk memimpin Malaka, maka salah satu prioritas kami adalah pembangunan fisik kantor bupati dan dinas-dinas dalam satu kawasan yang saya sebut dengan civic centre. Itu harus dibangun dan itu menjadi prioritas, karena jika tidak sampai kapan kami bisa memiliki tempat yang representasi untuk melayani masyarakat?,” ucap Simon.

Menurut dia, kualitas jalan raya di sebagian besar Kabupaten Malaka pun, terutama di daerah pegunungan masih sangat buruk.

“Malaka ini kan ukurannya simple, kita lihat dari dapil saja, dapil 1 bagaimana pembangunan fisik jalan, dapil 2 bagaimana pembangunan fisik jalan. Tapi coba masuk ke dapil 3, mungkin mereka (masyarakat) akan mengatakan bahwa itu sangat buruk. Nah disini kita harus adakan pemerataan pembangunan,” tegasnya.

“Selama ini tidak pernah orang memikirkan para tokoh adat, istilah kami di sana Fukun. Sekarang saya pikirkan itu. Argumentasinya sederhana, jangan kita yang menuntut hak setiap ada upacara adat, kita repotkan orang, setelah itu kita abaikan. Fukun raja itu kan sama dengan suku. Setiap suku itu ada kepala sukunya, ada fukunnya yang dibelakang dia ada massanya. Dia berikan pelayan pada orang-orang dia, nah kalau kita tidak memperhatikan nasib mereka, maka kualitas pelayanan secara adat juga akan menjadi kurang,” pungkasnya.

Pada Pilkada Malaka 2020, Pasangan Calon (Paslon) Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Malaka, Simon Nahak dan Louise Lucky Taolin. Pasangan ini populer dengan sandi SNKT dan memiliki program SAKTI itu berhasil menumbangkan petahanana, Pasangan Calon (Paslon) Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten MalakaStefanus Bria Seran- Wendelinus Taolin (SBS-WT).(VIA/TIMOR DAILY/TIMORDAILYNEWS.COM)

Editor: Oktavia

google.com, pub-4291941378970298, DIRECT, f08c47fec0942fa0

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *