Sebulan Lalu Dilanda Banjir, Kini Petani Malaka Mengeluh Kekeringan dan Terancam Gagal Panen

Sebulan Lalu Dilanda Banjir, Kini Petani Malaka Mengeluh Kekeringan dan Terancam Gagal Panen
Tanaman padi milik petani di Kabupaten Malaka yang terancam gagal panen karena kekeringan

TIMORDAILYNEWS.COM, MALAKA – Sejumlah wilayah di Kabupaten Malaka beberapa waktu lalu direndam banjir. Namun kini, para petani sawah di wilayah itu mengeluhkan kekeringan yang melanda.

Tanaman padi mereka terancam gagal panen lantaran saat ini tidak ada air untuk mengairinya. Tanaman padi mulai menguning dan mengering,  Juga tanah yang harusnya berlumpur, mulai terbelah akibat kekeringan.

Karena itu, Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Malaka diminta bergerak cepat mengatasi kekeringan pada lahan pertanian milik warga.

Apalagi, salah satu program prioritas Bupati Malaka saat ini adalah swasembada pangan dan untuk menunjang program tersebut fokus utamanya adalah pengadaan air untuk lahan-lahan pertanian terutama persawahan.

Theresia Kolo Seran warga Dusun Umahalihun, Desa Kletek Suai, Kecamatan Malaka Tengah saat ditemui media di lokasi persawahannya mengatakan kekeringan ini sudah sekitar hampir satu bulan lebih sejak dari banjir beberapa waktu lalu.

Sebulan Lalu Dilanda Banjir, Kini Petani Malaka Mengeluh Kekeringan dan Terancam Gagal Panen
Petani sawah di Kabupaten Malaka yang mengeluh kekeringan.

“Seharusnya sekarang ini padi sudah berbuah semua, sekarang ini ada yang sudah mulai berbuah tapi air tidak ada begini sama saja tapi dalam satu minggu ini kalau ada air itu masih bisa dapat hasil sedikit tapi kalau tidak ada maka tidak dapat hasil,” kata Theresia.

Meskipun lahan yang mereka miliki sudah mengalami kekeringan akibat tidak ada air namun harapan mereka masih belum pupus untuk berusaha dengan cara mereka sendiri untuk memasukkan air ke lahan persawahan yang selama ini menjadi satu-satunya lahan yang menghidupkan mereka.

“Sekarang ini kami pakai saja mesin untuk sedot air, mesin ini kami sendiri beli harga mesin itu Rp. 3.750.000. setelah itu bor juga sendiri waktu itu kita bayar Rp. 500.000.

“Kita beli juga pipa ini ada tiga batang tambah dengan lem pipa jadi hitung semua sekitar Rp. 250.000. Lalu selang 2 meter itu Rp. 1.200.000. Jadi hitung semua hampir 5.000.000 an karena ditambah dengan uang yang lain-lain,”katanya.

Lanjut Theresia, seperti biasanya lahan persawahan ini setiap tahun hasil panenannya dari 4 bedeng sebanyak 35 karung dengan ukuran 50 kg.

“Tapi ini tahun kami tidak dapat apa-apa, pasti akan kesulitan makanan nanti tapi itu resiko sudah mau bagaimana lagi,”ungkap Theresia lagi.

Perempuan tua itu juga mengatakan beberapa hari lalu sudah ada kunjungan dari Bupati dan Wakil Bupati Malaka untuk melihat kondisi di sini.

“Baru-baru ini Bapa Bupati dan Bapa Wakil Bupati sudah datang lihat dan mereka bilang mau usahakan untuk memperbaiki bendungan Wedik mau alirkan ke sini,” katanya lagi.

Meskipun sudah dikunjungi oleh bupati dan Wakil Bupati Malaka beberapa hari lalu namun hingga saat ini belum ada tanda-tanda yang dapat membuat masyarakat setempat merasa senang.

Karena seharusnya Pemerintah Daerah Kabupaten Malaka sudah harus mengambil langkah cepat untuk mengatasi masalah kekeringan yang sekarang dihadapi oleh masyarakatnya.

Apalagi salah satu program prioritas adalah Swasembada pangan dengan fokus utamanya adalah pengadaan air untuk bidang pertanian terutama persawahan.

Theresia juga berharap agar pemerintah daerah dapat mengupayakan untuk memperbaiki bendungan yang sementara ini rusak agar air dapat kembali normal seperti biasanya.

“Kita harap supaya bendungan ini cepat selesai supaya kami bisa kembali ada harapan. Kami tidak butuh apa-apa kami hanya butuh air saja,” pinta Theresia.

Sekretaris Dinas Tanaman Pangan Holtikultura dan Perkebunan (TPHP) Kabupaten Malaka, Nikolas Seran melalui Kabid Penyuluhan Sarana Prasarana Ludovikus Asa saat dikonfirmasi media mengatakan beberapa hari ini pihaknya sudah mengundang penyuluh untuk mendata secara langsung lahan yang mengalami kekeringan dan sudah ada laporan untuk ditindaklanjuti.

“Kalau ada kekeringan yang dekat dengan sumber air itu kita sedot dengan mesin dan itu sudah kita lakukan di Desa Bereliku,” ungkap Ludovikus.

Lanjut Ludovikus, terkait dengan kekeringan yang terjadi di Desa Kletek Suai pihaknya sudah berkomunikasi dengan beberapa terkait untuk segera ditindaklanjuti.

“Terkait dengan kekeringan di Kletek itu kita sudah ke lokasi yang digali oleh masyarakat dan setelah itu kami laporkan kepada Bapa Bupati.

“Tindaklanjutnya kami sudah sampaikan kepada Bapa Camat Malaka Tengah karena masyarakat pengguna air itu ada di Desa lain sehingga wewenang penuh kita sudah sampaikan ke Bapa Camat dan nanti tindaklanjutnya dari Bapa Camat karena Bapa Camat yang tahu soal masalah tanah itu,” jelasnya. (onz/TIMOR DAILY/TIMORDAILYNEWS.COM).

Editor : Okto M

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *