Belu, News  

Warga Desa Faturika Kabupaten Belu Sering Bertengkar Rebutan Air Bersih

Warga Desa Faturika Kabupaten Belu Sering Bertengkar Rebutan Air Bersih
Warga Desa Faturika sedang mengisi air bersih pada wadahnya, Jumat (7/5/2021). foto by Vegal Manek/TIMORDAILYNEWS.COM

TIMORDAILYNEWS.COM, ATAMBUA – Warga Desa Faturika, Kecamatan Raimanuk, Kabupaten Belu hingga saat ini masih mengalami kesulitan air bersih.

Tak jarang warga sering terlibat pertengkaran lantaran rebutan siapa yang harus mengisi air bersih pada wadahnya terlebih dahulu.

Debit air yang sangat kecil membuat warga tak sabar mengantri sehingga berusaha mendahului warga lainnya yang sudah lebih dahulu.

Seperti yang kembali terjadi di Dusun Webaha A pada Jumat (7/5/2021).

Pantauan Timor Daily, Jumat (7/5/2021) sekitar pukul 16.00 WITA,  di sebuah bak penampungan air yang berupakan bantuan program Pamsimas di Dusun Webaha A, tampak puluhan wadah tempat mengisi air berupa jeriken dan ember masih terlihat kosong.

Salah satu warga Dusun Webaha, Vinsensius Manek mengatakan pertengkaran antar warga ini bukan baru satu kali tapi sudah berulang kali terjadi.

“Saya sering melihat warga Dusun Aebaha A, B, C dan Dusun Railun bertengkar. Memang  mereka masih ada hubungan keluarga. Mereka bertengkar ini karena baku rampas untuk harus tadah air duluan,” katanya.

Menurut Vinsen, kondisi sulitnya air bersih di wilayah desa itu sudah berlangsung namun belum ada upaya serius dari pemerintah desa.

Selama ini, lanjutnya, warga hanya bergantung pada bak penampungan air yang merupakan program Pamsimas.

Karena itu, perlu ada upaya dari pemerintah desa mengalokasi anggaran untuk membangun lagi bak yang sama sehingga warga tidak lagi rebutan dan bertengkar.

“Seharusnya pemerintah desa tidak diam saja melihat kondisi ini. Bak air yang ada saat ini bantuan ini dari pansimas. Alangkah bagusnya kalau pemerintah desa anggarkan dari dana desa untuk tambahkan 2 atau 3 leding biar masyrakat tidak antirian dan tidak berbentrok lagi,” pintanya.

Warga lainnya, Kobus Mantus alias Yoman mengatakan, untuk kepentingan air bersih, selama setahun terakhir ini warga desa tersebut selama ini membayar iuran sebesar Rp 10 ribu perbulan.

Harusnya, kata Yoman, masyarakat mendapatkan pelayanan air bersih yang lebih baik, bukan malah kesulitan dan bertengkar setiap saat.

“Padahal selama ini waraga membayar iuran sebanyak 10.000 setiap bulan sedangkan lading ini sudah hampir dua tahun tetapi tidak ada perubahan juga. Apa salahnya kalau iuran itu biar gunakan untuk memperbaiki. Kan sudah satu tahun lebih iuran yang ditagih oleh pengurus air leding ini,” urainya.

Yoman meminta agar pengurus air di desa menyampaikan secara terbuka pengelolaan uang iuran air bersih yang ditagih dari masyarakat.

“Pengurus air harus terbuka, uang iuran ke mana saja. Kasihan mereka bayar air terus tapi air yang keluar kecil seklai sehingga terkadang mereka harus bertengkar,” pungkas Yoman. (veg/TIMOR DAILY/TIMORDAILYNEWS.COM)

Laporan Wartawan : Silvester Manek

Editor : Marselino

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *